Mereka
bertemu disebuah acara resepsi pernikahan dan kata ayahku ia jatuh cinta pada
pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam ruangan. Saat itu ayah tahu,
bahwa inilah perempuan yang akan menikah dengannya. Hal ini menjadi kenyataan,
kini mereka telah menikah selama 40 tahun dan telah memiliki tiga orang anak,
aku anak tertua, telah menikah dan memberikan mereka dua orang cucu.
Mereka
bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi
kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta kasih dan
kebijaksanaan. Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun.
Saat itu beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi kepembukaan pasar
murah yang mengobral alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka mengatakan saat
pembukaan adalah saat terbaik untuk berbelanja barang obral karena saat itu
saat termurah dengan kualitas barang-barang terbaik. Tapi ibuku menolaknya
karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata ibuku, "Mama tak akan
pernah meninggalkan papa sendirian".
Hal
itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai
seorang perempuan aku harus patuh pada suamiku dan selalu menemaninya dalam
keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang perempuan harus
bisa menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu
menurut mereka, itu hanya janji pernikahan, omong kosong belaka. Tapi aku tak
pernah memperdulikan mereka, aku percaya nasihat ibuku. Sampai suatu hari,
bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah ulang tahun ibuku yang
ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh.
Dokter
mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi sehingga ia
harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat tidur. Ayahku, seorang pria yang
masih sehat diusianya yang lebih tua, tapi ia tetap merawat ibuku, menyuapinya,
bercerita banyak hal padanya, mengatakan padanya kalau ia mencintainya. Ayahku
tak pernah meninggalkannya, selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku
selalu menemaninya, ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku.
Ayahku
pernah mencatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya, "untuk apa
kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan jelek sekali". Ayahku menjawab,
"aku ingin kau tetap merasa cantik". Begitulah pekerjaan ayahku
sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Para
kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum dengan
kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.
Suatu
hari ibu berkata padaku sambil tersenyum, "Kau tahu, Linda. Ayahmu tak
akan pernah meninggalkan aku... kau tahu kenapa?" Aku menggeleng dan ibuku
melanjutkan, "karena aku tak pernah meninggalkannya..." Itulah kisah
cinta ayah dan ibuku. Mereka memberikan kami, anak-anaknyapelajaran tentang
tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan
cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari
kehidupannya.
0 komentar:
Posting Komentar